Dolor sit amet, consetetur sadipscing elitr, seddiam nonumy eirmod tempor. invidunt ut labore et dolore magna aliquyam erat, sed diam voluptua. Lorem ipsum dolor sit amet, consetetur sadip- scing elitr, sed diam nonumy eirmod tempor invidunt ut labore et dolore magna aliquyam erat, sed diam voluptua. Lorem ipsum dolor sit amet, consetetur sadipscing elitr, sed diam nonumy eirmod tempor invidunt ut labore et dolore magna aliquyam erat, sed diam voluptua. Lorem ipsum dolor sit amet, consetetur.
 

Psikologi Sigmund Freud

A. Pendahuluan
Sigmund Freud (6 Mei 1856 - 23 September 1939) adalah seorang psikiater Austria dan pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi. Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Dengan adanya teori alam bawah sadar ini, Freud telah merubah cara menyembuhkan pasiennya dari teknik hypnosis menjadi teknik asosiasi alam bebas dan analisis mimpi, yang dikembangkan dari pengetahuan tentang bawah sadar itu. Sebenarnya pemikiran Freud tentang alam bawah sadar ini merupakan teori yang banyak mengandung kontroversial dikalangan ahli psikologi.
Kalangan behavioris, humanis dan eksistensialis Percaya bahwa: Dorongan-dorongan dan persoalan-persoalan yang dikaitkan dengan alam bawah sadar ternyata lebih sedikit dari perkiraan Freud . Bahwa alam bawah sadar ternyata tidak serumit dan sekompleks yang dibayangkan Freud. Bahkan ada teoritikus yang tidak menggunakan konsep alam bawah sadar ini sama sekali, seperti Brentano dan William James . Akan tetapi ada ahli psikologi yang memanfaatkan teorinya Freud ini yaitu Calr Jung.
Tetapi walaupun demikian, kalangan psikologi modern mulai menggunakan metode bawah sadar ini. Maka dari itu sebagai manusia yang ingin mengetahui tentang teori ini, penulis akan menguraikan tentang bahasan ini.
Analogi jelasnya dari ketiga pikiran itu dengan mesin pelacak search engine yang paling mutaakhir , yang memiliki oprating sistem sendiri. pada mesin pencari itu kita hanya bisa mengakses data atau keyword yang kita cari, sisa data yang tidak terpancing keluar adalah terbentuk database yang luar biasa banyaknya. alam sadar adalah alam yang sedang kita gunakan keyword/kata kuncinya atau jika tampilan yang muncul ketika kita menggunakan sebuah mesin pencarian, sisanya tidak terlihat atau atau tidak terdekteksi lagi, jadi alam sadar adalah alam yang ada saat suatu waktu kita perlukan. Kemudian mengenai pengalaman yang terjadi masa lalu, Freud mengatakan bahwa sisa-sisa pengalaman masa lalu akan tetap ada di alam bawah sadar . Dengan demikian yang menjadi isi dari alam bawah sadar di antaranya adalah pengalaman masa lalu.
Topografi pemikiran ini digunakan untuk mencermati setiap event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sigmund freud menggunakan ketiga teori itu (kesadaran, prasadar dan ketidaksadaran) hanya sampai pada tahun 1920an . Dan kemudian pada tahun 1923 ia mengenalkan model lain dari pemikiran yaitu id, ego dan superego. Tapi walaupun demikian, dari ketriga konsep barunya Freud itu, tetap berhubungan dan tidak menghilangkan konsep awalnya.
1. Alam Bawah Sadar
Alam bawah sadar adalah alam yang menyimpan berbagai dorongan terhadap sebagian besar prilaku seseorang yang tidak disadari oleh seseorang tersebut. Dengan adanya pengertian ini, kiranya kita bisa membayangkan alam itu berada. Namun dengan keterbatasan kemampuan kita, banyak diantara kita yang tidak bisa mengetahui dimana alam bawah sadar itu. Karena sesungguhnya itu tidak bisa dibuktikan secara langsung tetapi. Akan tetapi Freud telah mengatakan adanya ketidaksadaran itu hanya dapat dibuktikan secara tidak langsung .
Alam bawah sadar ini hampir semua mengendalikan prilaku manusia, bahkan ketika tidur alam ini tetap bekerja seperti bernafas, mengatur detak jantung dan denyut nadi manusia.
Walaupun demikian banyak kalangan yang masih meragukan teori ini. Hal itu terjadi karena pikiran alam bawah sadar tidak dapat dibuktikan secara langsung, namun dengan melalui perantara yang lainnya. Semua motif bawah sadar tidak bisa dikontrol oleh kemauan kita, tetapi motif-motif itu, terkadang hanya ditarik ke alam kesadaran (jika bisa). Dan itu tidak terikat oleh hukum-hukum yang ada pada alam kesadaran seperti hukum logika dan geraknya tidak dibatasi oleh waktu dan tempat .
Motif ketidaksadaran sebenarnya sering naik ke alam sadar tetapi tidak dengan wujud aslinya. Mengingat antara alam tidak sadar, prasadar dan alam sadar banyak penjagaan. Sehingga motif itu merubah diri dalam bentuk lain sehingga bisa lolos dari penjagaan itu. Contoh, ketika ada seseorang benci kepada ibunya. Perasaan benci ini tidak disadari oleh orang tersebut, akan tetapi rasa itu tidak serta-merta bisa hinggap di alam sadar, sehingga untuk bisa naik ke alam sadar, harus melewati alam prasadar yang harus menyamar dengan bentuk lain seperti cemas. Dari prasadar merubah bentuk lagi dengan memunculkan prilaku seseorang mencintai ibunya dengan berlebih-lebihan (cinta mencolok). Itulah yang disebut penyamaran motif bawah sadar.
Adapun motif-motif atau isi dari alam sadar adalah dorongan-dorongan, kenginan-keinginan, sikap-sikap, perasaan-perasaan, pikiran-pikiran dan insting-insting yang tidak dapat dikontrol oleh kemauan . Motif pada kalanya muncul di alam sadar tetapi dalam perubahan bentuk dari asalnya, seperti yang telah dijelaskan diatas. Dalam konteks ketidaksadaran ini bukan berarti nonaktif atau tidur . Semua isi dari ketidaksadaran itu berjuang untuk menjadi sadar walaupun hasilnya bukan wujud aslinya mengingat untuk menjadi alam sadar harus melewati benteng pertahanan yang ada di tingkat prasadar dan alam sadar.
2. Alam Prasadar
Alam prasadar merupkan alam yang ada di antara alam sadar dan bawah sadar. Karenanya, isi dari keprasadaran ini bisa dengan mudah hinggap di kesadaran. Dalam artian apa-apa yang terdapat di prasadar bisa di panggil ke alam sadar dengan hambatan yang tidak sulit. Isi dari keprasadaran berasal dari dua alam lainnya, yaitu persepsi sadar dan ketidaksadaran . Banyak di antara kita yang semula mempunyai persepsi secara sadar tetapi lambat laun persepsi itu hilang, karena pikiran kita memikirkan hal-hal yang lainnya. Hilangnya persepsi itu, tidak hilang kemana-mana tapi pindah kealam prasadar yang sewaktu-waktu dapat kita mengingatnya kembali.
Pada persepsi ketidaksadaran, banyak pikiran dan perasaan yang terjun keprasadaran dengan cara memodif dirinya dalam bentuk yang lain. Dalam hal ini penyamaran di lakukan oleh pikiran-pikiran alam bawah sadar. Hanya dengan seperti itulah pikiran itu bisa menerobos penjagaan yang ada di pintu-pintu alam prasadar. Namun tidak semua pikiran yang hinggap di alam prasadar itu bisa menjadi pikiran sadar karena dimunkinkan setelah terjadi penyamaran pertama kita mengetahui bahwa pikiran itu merupakan turunan dari ketidaksadaran. Sehingga rasa cemas pun akan bertambah. Dengan demikian penyensur terakhir merepresikan pikiran-pikiran kecemasan itu kedalam ketidaksadaran . Sedangkan yang lolos dari penjagaan terakhir akan menjadi sadar hanya saja masih dalam bentuk penyamaran, seperti mimpi dan salah ucap seperti yang sering kita alami.
3. Alam Sadar
Alam sadar merupakan kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu . Dan sebagai elemen-elemen mental dalam kesadaran pada saat tertentu . Adapun isi dari alam ini berasal dari dua sumber yaitu: pertama, berasal dari persepsi organ-organ panca indera. Dengan catatan objek persepsian itu tidak mengancam terhadap kesadaran. Jadi dapat di pastikan bahwa apa-apa yang menjadi persaksian yang tidak terlalu mengancam kita merupakan sumber dari pikiran-pikiran atau elemen-elemen kesadaran. Kedua, berasal dari pikiran-pikiran prasadar yang tidak mengancam dan juga pikiran pikiran yang mengancam dari ketidaksadaran namun berubah dalam bentuk penyamaran yang baik seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya.
B. Struktur Kepribadian
Freud dalam bukunya yang berjudul The Ego and The Id , menggambarkan pemikiran yang terdiri dari campuran atau gabungan-gabungan dari kekuatan-kekuatan yang berasal dari alam sadar dan bawah sadar. Gambaran itu dibagi tiga yaitu: id, ego dan superego. Dari ketiga unsur kepribadian itu masing-masing memiliki fungsi yang berbeda namun dalam membentuk kepribadian ketiganya tidak bisa dipisahkan; tingkah laku selalu merupakan hasil sama dari ketiga aspek itu .
1. Id
Id bahasa lainnya adalah Das Es atau it (benda) . Bagian ini merupakan bagian tertua dari kepribadian dan masih bersifat primitif yang beroperasi sejak bayi masih tidak berhubungan dengan dunia luar, maka ia mengandung semua dorongan bawaan yang disebut insting-insting dalam psikoanalisis. Id dianggap oleh Freud sebagai sumber dorongan yang paling utama dalam tubuh manusia sehingga disebut “binatang dalam manusia ”. Id beroperasi di alam ketidaksadaran yang tidak di atur oleh hukum logika, pertimbangan waktu dan tempat. Semua isi yang terdapat di id bersifat segera dalam memenuhinya. Karena tidak terikat oleh hukum-hukum itu, maka cara memenuhinya harus sesuai dengan keinginannya yang bersifat kenikmatan baginya, walaupun tidak sesuai dengan nilai-nilai social sehingga karena demikian maka di kontrol oleh ego dan superego sehingga dengan kontrolan seperti itu manusia bisa di terima oleh lingkungan.
Untuk menghindari rasa sakit jika keinginannya tidak terpenuhi dan untuk mendapatkan kenikmatan maka id mempunyai dua macam cara untuk memenuhinya yaitu:
a. Tindakan-tindakan refleks
Tindakan ini bersifat otomatis dan bawaan. Ia biasanya segera mereduksikan tegangan dan manusia dilengkapi dengan refleks semacam itu untuk menghadapi bentuk-bentuk rangsangan yang relative sederhana . Seperti berkedip, bersin dan lain sebagainya.
b. proses primer
proses primer ini berusaha menghentikan tegangan-tegangan yang menimbulkan gerak refleks itu. Misalnya ketika seseorang merasa lapar maka ketika itu juga terbayang yang namanya makanan, sehingga orang tersebut menghayal. Akan tetapi proses primer ini tidak mampu mereduksi tegangan, karena tidak munkin orang bisa makan khayalan. Sehingga dengan adanya hal itu akan terbentuk proses sekunder yang berupaya untuk memenuhi keinginan id yang terdapat di ego.
Penggambaran tentang id ini bisa kita lihat pada bayi, pada waktu itu prilaku bayi merupakan bentuk lebih lanjut dari id yang seutuhnya dan tidak di halang-halangi oleh ego dan soperego. Ketika bayi merasa lapar perasaannya langsung di rubah menjadi tangisan dan mengisap-ngisap pada mulutnya meskipun tidak ada puting ibunya, atau bayi akan mengisap apa saja yang di sodorkan ke mulutnya seperti jari tangan orang lain atau kalau tidak ada ia mengisap jari tangannya sendiri. Ia tidak menyadari bahwa prilaku yang hanya mengisap-ngisap jari itu tidak akan bisa merubah dan memenuhi keinginan id.
Ciri-ciri dari prilaku id ini adalah tidak realistis, tidak logis dan secara serempak memiliki pikiran-pikiran yang bertentangan . Kemudian ciri yang lainnya yaitu sama dengan ketidaksadaran yaitu tidak memiliki moralitas karena ia tidak bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk dan juga tidak teratur serta seluruh energinya hanya digunakan untuk satu tujuan yaitu mencari kenikmatan tanpa menghiraukan benar atau salah.
2. Ego
Ego dalam bahasa jermannya disebut dengan das ich yang berarti aku atau diri ini. Dan berkembang dari id yang dikhususkan menangani persoalan realitas, karena id tidak bisa berhubungan dengan dunia kenyataan. Dalam artian, ego dalam memenuhi kebutuhan id, itu di sesuaikan dengan konsep realitas atau kenyataan. Ego tidak memiliki energi sendiri dalam beraktifitas tetapi energinya berasal dari id.
Dengan adanya ego manusia bisa membedakan dirinya dan lingkungan sekitarnya . Ego tumbuh karena kebutuhan id harus disesuaikan dengan dunia kenyataan objektif. Contoh; orang yang lapar, seketika membanyangkan makanan (pemuas ala id). Karena khayalan tentang makanan tadi tetap tidak merubah tegangan yang di timbulkan oleh id, maka manusia harus mencari makanan untuk menhilangkan tegangan yang ditimbulkan oleh rasa lapar itu. Tetapi dalam memenuhi kepuasan id itu, ego harus mempertimbangkan kenginan superego yang bermoral itu. Ego beroperasi di tiga daerah yaitu daerah taksadar-prasadar-sadar.
Untuk memenuhi segala tuntutan id, maka ego menggunakan cara kerja sebagai berikut:
a. prinsip kenyataan
maksud dari prinsip ini adalah ego dalam melaksanakan tugasnya disesuaikan dengan konsep realita. Bukan khayalan. Prinsip ini bertujuan mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untu pemuasan kebutuhan .
b. proses sekunder
adalah berfikir realistis yang dipakai dalam ego memuaskan kebutuhan id. Ego menyusun rencana untuk memuaskan kebutuhan dan kemudian menguji rencana itu berhasil atau tidak .
3. Superego
Superego merupakan kekuatan moral dari kepribadian. Sebagai kepribadian yang paling luhur, maka superego ini merupakan lawan dari ego dan id dalam cara memenuhkan kebutuhan. Superego dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralistik dan idealistik . Sehingga cara kerjanya menggunakan prinsip idealistis dan moralistik. Superego berkembang dari ego dan tidak mempunyai energi sendiri tetapi sama dengan eneginya ego berasal dari id. Namun ego dan superego sangat berbeda, kalau ego berhungan dengan dunia luar atau dunia nyata, sehingga cara pemenuhan terhadap keinginannya realistis. Tetapi kalau superego tidak berhungan dengan dunia luar (nyata) sehingga kinerjanya tidak rasional.
Superego mengontrol ego dengan mengacu pada nilai masyarakat sekitar. Sehingga jika id menginginkan makanan dan ego mencarinya tanpa pertimbangan apapun yang penting bisa memuaskan id, sehingga ego tidak tahu terhadap boleh dan tidak bolehnya makanan itu, pokoknya bisa melayani id dengan baik. Pada waktu seperti itulah superego mengontrol kegiatan ego dengan membabi buta menekan kinerja ego yang tidak sesuai dengan moralitas masyarakat.
Superego tidak rasional dan menuntut kesempurnaan, ia menghukum dengan keras kesalahan ego, entah itu sudah dikerjakan atau masih dalam pemikiran. Superego tidak hanya menunda pemuasan id tetapi sekaligus menghalanginya.
Ada tiga fungsi yang dimiliki oleh superego yaitu:
a. mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan moralistik
b. merintangi rangasangan (impuls) id yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat.
c. Mengejar kesempurnaan diri.

C. Kepribadian Menurut Islam
Kepribadian yang diungkapkan oleh Freud seperti diatas, kiranya dalam islam yang selanjutnya di sebut psikologi islam juga membicarakan tentang kepribadian yang disebut dengan banyak nama diantaranya: huwiyah, aniyah, dzatiyah, nafsiyah, khuluqiyah dan syakhshiyah sendiri . Tetapi tidak semua kelompok psikolog islam yang sepakat dengan kepribadian yang di ungkapkan oleh Freud diatas. Misalnya, kelompok psikolog-falsafi, yakni Al-Kindi yang merumuskan kepribadian itu hanya terbentuk dari daya Nafsu Syahwat, yang menginduksi segala yang menyenangkan, daya pemarah, yang menolak segala yang membahayakan dan daya berfikir (al-qawwah al-aqilah). Dan kelompok psikolog-taswufi seperti Al-Hallaj yang membagi kepribadian itu dengan natur kemanusian dan natur ketuhanan. Sedangkan kelompok yang mirip bahasannya dengan Freud adalah kelompok psikolog falsafi-tasawufi yang mengungkap tiga daya yang terdapat pada jiwa manusia, yaitu kognisi, konasi dan emosi . Ketiga yang dalam psikologi islam disebut dengan qalbu (hati), aqal (akal) dan hawa nafsu.
a. Kalbu
Dalam bahasa arab, hati desebut dengan qalbu namun penamaan itu masih simpang-siur antara hati dan jantung karena qalbu dalam bahasa inggris disebut dengan heart (jantung). Naumn terlepas dari tumpang tindih itu penulis akan membahas kalbu pada umumnya yakni hati.
Al-qhazali melihat hati dari dua segi: pertama, kalbu jasmani adalah daging yang terbentuk seperti jantung pisang yang terletak di sebelah kiri dada. dan juga dimilki oleh hewan selain manusia. Kedua, kalbu ruhani adalah sesuatu yang bersifat halus, rabbani dan ruhani yang berhubungan dengan kalbu jasmani. Bagian inilah yang merupakan esensi dari manusia dan hanya dimiliki oleh manusia. inilah yang membedakan antara hewan dengan manusia.
Adapun karakter yang dimilki oleh kalbu ruhani adalah insting yang sering disebut dengan cahaya ilahi yang diciptakan oleh Allah sesuai dengan fitrah asalnya dan berkecenderungan menerima kebenaran dari-Nya . Sehingga banyak orang mengatakan kalbu ini merupakan pancaran ilahi. Karena seperti itulah maka setiap pemenuhan kepuasan jiwa yang tidak sesuai dengan nilai ilahiyah dan social akan di tekan oleh kalbu ini. Karena sesungguhnya tugasnya adalah pemandu, pengontrol, dan pengendali tingkah laku manusia. dengan demikian jika pengontrolnya jelek maka tingkah laku manusia akan jelek pula. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori yang artinya:
“sesungguhnya didalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik maka semua tubuh menjadi baik, tetapi apabila ia rusak maka semua tubuh menjadi rusak pula. Ingatlah bahwa ia adalah kabu.”
b. Akal
pengertian akal adalah menahan, mengikat, melarang, dan mencegah. Sedangkan orang yang berakal adalah orang yang bisa menahan dan mengikat hawa nafsunya yang cara memenuhi keinginannya tidak rasional. Hanya dengan mengekang, menahan dan mengikat hawa nafsu kinerja akal yang rasional bisa eksis dan pada akhirnya akan memenuhi kenginan jiwa dengan pemenuh yang rasional. Ketika hawa nafsu ingin merusak sesuatu maka akallah yang akan mempertimbangkan bahkan akan mencegah agar hal itu tidak terjadi.
Secara psikologis akal memilki fungsi kognisi (daya cipta), sehingga mampu menjawab keinginan jiwa secara rasional. Dan juga menghubungkan, menilai, atau mempertimbangkan sesuatu. Atau akal ini berhubungan dengan strategi pemecahan masalah dengan menggunakan logika .
c. Hawa Nafsu
Nafsu merupakan sinergi jasmani-ruhani manusia dan merupakan totalitas struktur kepribadian manusia . ia memilki dua daya yaitu al-qhadhab dan al-syahwat. Qhadhab merupakan daya untuk menghindar dari segala sesuatu yang membahayakan dirinya. Naturnya seperti binatang buas yang memiliki naluri dasar menyerang, merusak, mengacaukan dan lain sebagainya yang bisa membuat derita terhadap orang lain. Namun semua potensi yang membahayakan itu tidak akan terjadi jika dikelola dengan baik oleh kalbu. Bahkan akan menjadi kekuatan dan kemampuan (qudrah) . Qudrah inilah yang didalam psikoanalisis desebut dengan defense (pertahan, pembelaan, dan penjagaan).
Al-Syahwat adalah daya yang berpotensi untuk menginduksi diri dari segala yang menyenangkan . Dalam psikologi syahwat di sebut dengan appitite yaitu hasrat (keinginan, birahi, hawa nafsu), motif, atau implus berdasarkan perubahan fisiologi.
Hawa nafsu bergerak di wilayah bawah sadar atau prasadar. Kerjanya mengikuti prinsip kenikmatan (pleasure principle). Dalam artian ini sama dengan id yang di ungkapkan oleh Freud yang bekerja dengan sesegera mungkin untuk memenuhi keinginannya sehingga kinerjanya sama dengan prinsip kebinatangan karena keinginan biasanya bersifat biologis seperti seks dan lain sebagainya.
D. Dinamika Kepribadian
Dalam hukum penyimpangan energi yang menyatakan bahwa energi tidak dapat dimusnahkan tetapi bisa berubah bentuk menjadi bentuk yang lain, rupanya mengilhami pemikiran Freud yang mengungkap dinamika kepribadian seseorang. Bagi Freud manusia merupakan suatu system energi komleks yang energinya berasal dari makanan dan menggunakannya untuk berbagai hal, seperti bernafas, gerakan otot, sirkulasi dan lain sebagainya.
Kalau bagi para ahli ilmu alam energi bisa di definisikan menurut daerah kerjanya seperti energi mikanik, magnitik dan lain sebagainya. Maka, Freud dalam menjelaskan dinamika kepribadian juga menamakan energi sesuai wilayah kerjanya yakni energi psikis. Dengan mengacu pada hukum penyimpangan energi, Freud berpendapat bahwa energi psikis bisa dapat dipindahkan ke energi fisiologis dan sebaliknya . Sedangkan yang menjadi jembatanya antara energi fisik dan psikis ini adalah id berserta insting-instingnya.
1. Insting
Insting adalah perwujudan psikologis dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan . Jadi ketika lapar dapat dijelaskan secara fisiologis merupakan keadaan tubuh yang kekurangan makanan pada jaringan-jaringannya. Sedangkan secara psikologis merupakan keinginan akan makanan. Keinginan itulah yang dijadikan alasan seseorang yang lapar untuk bertingkah laku yakni dengan mencari makanan. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa kepribadian merupakan perwujudan dari insting-insting yang bekerja di dalamnya. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah darimana, untuk apa insting tersebut?
Insting berasal dari kondisi jasmaniah atau kebutuhan yang digunakan untuk menyeimbangkan tubuh, karena tubuh selalu menuntut keseimbangan. Insting lapar misalnya, bertujuan menghilangkan keadaan tubuh yang kekurangan makanan dengan cara makan.
Sasaran atau objek insting adalah seluruh kegiatan yang menjembatani antara munculnya suatu hasrat dan pemenuhannya . Sehingga objek disini tidak hanya terfokus pada benda tetapi semua usaha yang memicu pada pemenuhan yang terakhir. Insting lapar misalnya, memunculkan motif untuk mencari makanan. Namun sebelum mencapai makanan itu sendiri maka seseorang harus melakukan usaha misalnya, mencari uang kemudian berjalan ke warung untuk membeli makanan. Usaha-usaha itulah yang menjadi objek insting. Kemudian yang mempengaruhi kinerja insting adalah besar-kecilnya kebutuhan.
a. Insting hidup
Ini disebut juga dengan eros, merupakan dorongan untuk menajmin survival (keselamatan) dan reproduksi, seperti insting makan, minum dan seksual. Dengan kata lain insting ini melayani maksud seseorang untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Sedangkan energi yang dipakai oleh insting hidup disebut libido. Freud mengakui akan banyaknya insting yang bekerja dalam kepribadian. Namun yang paling utama menurutnya adalah insting seksual. Dalam hal ini bukan hanya berkenaan dengan kenikmatan organ seksual tetapi juga insting yang berhubungan dengan kepuasan yang di peroleh dari bagian tubuh lainnya.
b. Insting mati
Insting mati ini juga di sebut dengan destruktif, yang kerjanya secara tersembunyi. Sehingga sampai saat ini tidak bisa melihat bentuk insting mati ini serta energinya tidak diketahui, namun hanya kita akan menemukan kenyataan bahwa semua orang pasti mati. Pada waktu itulah kerja insting mati mencapai puncaknya. Menurut Freud, tujuan kehidupan adalah kematian .

D. DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindu Persada,
Berry, Ruth. 2001. Seri Siapa Dia? Freud. Jakarta: Erlangga.
Jung ,C. G. 2003. Memories Dreams Reflections. Yogyakarta: Jendela.
Semiun, Yustinus OFM. 2006. Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius.
Shaleh ,Abdul Qodir (terjemah). 2000. Sejarah psikologi. Jogjakarta: prismasophie.
Umam, Chairul dan Mila Afak. 2003. Surat-Surat Freud/Jung. Gresik: UMG Press
Mujib, Abdul. 2007. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta: Rajagtafindu Persada.
Al-Barry, M. Dahlan Y dan yacub, L. Lya Sofyan. 2003. Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual. Surabaya: Target Press
Ronny F. Ronodirdjo (http//admin.bawah-sadar.com)
www.wikipedia.com




Read more

Anak Tiri dan Berbagai Permasalahannya

A. Latar Belakang
Dalam mempelajari koseling keluarga tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana caranya memperoleh kehidupan yang penuh kasih sayang dan membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah. Sehingga orang melakukan pernikahan pun, tiada lain tujuannya adalah membuat ketentraman dan kenyamanan dalam hidup. Namun yang menjadi persoalan kemudian adalah mengapa dalam pernikahan sering berakhir pada perceraian? Hal itu, terjadi karena ketidak cocokan si suami dengan istirinya, entah dari tujuannya, persepsinya tentang rumah tangganya atau yang lainnya.
Perceraian yang hanya berakhir antara suami-istri, sebenarnya tidak terlalu kompleks permasalahannya. Yang paling rumit dari perceraian ketika meraka mempunyai anak. Karena yang harus di pertimbangkan adalah selain keadaan mereka masing-masing juga harus memikirkan tentang pengasuhan anak. Jika masalah pengasuhan tersebut berlarut-larut tidak terselesaikan maka psikologis seorang anak akan terganggu sehingga perkembangannya pun tidak akan normal.
Selang beberapa waktu kemudian, sang ibu/ bapak membutuhkan pendamping lagi. Tak jarang dari mereka melakukan pernikahan lagi. Namun yang jadi masalah adalah terkadang pasangan (ibu/ bapak baru) tidak di sukai bahkan anak cenderung akan menolak kehadirannya.
Adanya banyak persepsi tentang hal itu, yang diantaranya adalah karena anak-anak yang sudah berumur 4 tahun lebih sudah mengetahui aroma jalinan kasih dari asuhan bapak/ ibunya, sehingga sulit untuk mengalihkan perhantiannya pada orangtua tirinya. Seringkali pada anak yang beranjak remaja respons mereka terhadap perceraian sedikit berbeda dibandingkan dengan anak yang masih kecil. Biasanya mereka akan mengalami kecenderungan depresi, ketakutan, bertingkah membangkang terhadap lingkungan sekitar, merasa bersalah dan cenderung akan menyalahkan salah satu dari orangtua. Reaksi ini sangatlah wajar didapatkan. Sehingga ketika orangtuanya kawin lagi ia tidak mudah untuk menerima orang tua barunya (tiri). Sedangkan yang lainnya, adanya persepsi bahwa orang tua tiri kejam dan mempunyai cinta palsu. Banyak orang masih meng-iakan tentang kejahatan orangtua tiri, karena kebanyakan dari mereka hanya menggunakan topeng dalam bergaul dengan anak-anak tirinya. Tetapi yang perlu kita ingat bahwa tidak semua yang namanya orang tua tiri itu kejam dan cinta palsu.

C. Pengaruh Perceraian Orangtua Terhadap Anak.
Merupakan sebuah keniscayaan bagi anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya, membutuhkan tali kasih kasih dari orangtuanya. Merekalah yang harus bertanggung jawab dalam melindungi anak, baik perlindungan secara fisik ataupun secara psikis. Kalau kedua aspek itu diayomi dan rawat sebaik munkin, maka anak akan tumbuh pada kematangan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
Keadaan seperti itu, tidak akan tercapai oleh kehidupan anak jika orangtuanya terlibat permasalahan internal. Misalnya terjadi perselisihan antara bapak dan ibunya. Tetapi, hal itu akan tercapai ketika orangtuanya, baik bapak ataupun ibunya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam membangun rumah tangganya. Sehingga jika tidak ada yang satunya tidak akan ada yang namanya kehidupan dalam rumah tangga. Dengan demikian terciptalah keluarga yang harmonis yang bisa mengantarkan pada kematangan perkembangan anak.
Namun, yang sering muncul permasalahan adalah tak selamanya keseimbnagan dalam keluarga terjadi. Sering hanya gara-gara perkara kecil menjadi masalah besar yang tak jarang berakhir pada perceraian. Ketika terjadi perceraian itulah anak mulai kebingungan karena sering kebutuhan psikisnya tidak di penuhi. Kebingungan anak sering terletak pada kepemihakan anak. Anak harus memihak kepada siapa. Bapak atau ibu?
Ketika anak mulai bisa mengindentifikasi dirinya dengan lingkungannya yakni ibu dan bapaknya. Pada waktu itulah anak mulai mengimitasi atau meniru tingkah laku orang yang disayangi. Jika itu sudah terbentuk, ketika anak harus pisah dengan orang yang disayangi, maka, akan berpengaruh terhadap psikologis anak. Namun besar-kecilnya akibat dari hal itu, tergantung pada hal-hal berikut:
a. sejauh mana keterikatan anak pada ibu/ bapaknya. Jika ia sudah terikat sungguhan maka, kepergian orang yang disayangi merupakan kejadian yang traumatis bagi anak.
b. Jenis kelamin, anak laki-laki misalnya akan mengidentifikasi tingkah laku ayahnya yang kemudian ia menirunya.
c. Waktu berpisah, anak yang masih di bawah umur 4 tahun masih sering tergantung pada ibunya dan masih belum bisa mengidentifikasi tingkah laku bapaknya. Jadi pada anak yang masih kecil kepergian bapak tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan anaknya.
d. Kekuatan pengasuh (bapak/ ibu) anak dalam menghadapi kejadian itu. Jika misalnya yang mengasuh adalah ibunya bisa mengatasi goncangan-goncangan yang terjadi dengan mudah, maka akibatnya bagi anak tidak begitu buruk .
Sedangkan hal-hal yang mempengaruhi rasa aman dari anak ketika terjadi perceraian, sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsah Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja adalah sebagai berikut:
a. kurangnya kasih sayang yang diterima oleh anak. Ketika terjadi perceraian, baik bapak mauapun ibu, sama mempunyai kebingungan dalam menentukan arah kehdupannya. Sehingga mereka mengurusinya masing-masing. Dampak dari itulah sering orang tua tidak lagi memberikan kasih sayangnya sperti semula pada anaknya.
b. Dominasi asuhan orang tua. Ketika orangtuanya cerai, mereka berlomba-lomba mempengaruhi anaknya, karena biasanya bapak atau ibunya tidak mau kehilangannya. Maka mereka mempengaruhinya dengan melebih-lebihkan gaya asuhannya. Pada waktu itulah, anak merasa tertekan dan bimbang.
c. Rumah tangga yang tidak stabil akibat perceraian akan mengakibatkan perasaan aman anak terganggu.
d. Ketika orang tua pisah, mereka terbebani pekerjaan double, sehingga sering dari mereka membuat aturan bagi anaknya yang cenderung terlalu keras. Sehingga anak tiak sebebas semula, disitulah keamanannya akan terganggu.
e. Terlalu memanjakannya. Sering dari orang tua yang baru saja melakukan cerai, mereka merasa bersalah pada anaknya sehingga sebagai tebusannya, mereka melakukan anaknya dengan berlebihan sehingga anak terbiasa dengan pola hidup manja. Inilah yang mengakibatkan sulitnya anak ketika dewasanya berperilaku mandiri.
B. Anak Tiri Menghadapi Orangtua Baru
Kembali pada paradigma berfikir, bahwasanya orang tua tiri itu kejam dan mempunyai rasa cinta palsu terhadap anak tirinya, walaupun tidak semua yang namanya orang tua tiri seperti itu. Namun, merejuk pada arah pemikiran itulah anak lebih cenderung menganggap bahwa orang tua tiri itu kejam, sehingga ia merasa kesulitan untuk menerima orang tua baru dalam hidupnya.
Perasaan anak tiri terhadap orang tua barunya tetap mencurigai kehadirannya, sekalipun mereka (orang tua tiri) bersikap lembut dihadapan anak. Pada waktu itu anak merasa tidak rela kalau kedudukan ibu/ bapaknya digantikan oleh orang lain. Ia lebih rela bila kedudukan ibu/ bapaknya itu tidak seorang pun yang menggantikannya .
Umumnya anak usia di bawah 2 tahun lebih mudah menerima kehadiran ibu/bapak baru, karena pola asuh dari ibu/bapak kandungnya belum begitu tertanam dalam dirinya. Penyesuaian akan lebih sulit dilakukan jika usia anak di atas 2 tahun, terlebih usia 4-5 tahun. Anak sudah mengenal pola asuh, gaya didik, nilai-nilai dan norma yang diterapkan orang tua sebelumnya. Ditambah lagi ada imeg bahwa orang tua tiri, terutama ibu tiri, itu galak, hingga anak pun merasa tak aman dan nyaman dengan kehadiran orang tua tiri.
Terkadang ada orang tua tiri, ketika mereka sudah tidak sabar dalam menanti kesediaan anak tirinya untuk menerimanaya, mereka menggunakan kekuasaannya yang dalam kedudukannya lebih tinggi dari anaknya menggunakan aturan-aturan baru dalam rumah atangganya dengan dalih agar cepat mendapat ketenangan. Sehingga dengan adanya atiran-aturan itulah antara anak dan orang tua tirinya ada jurang pemisah yang sangat lebar. Dan kebanyakan anaklah yang sering tersisihkan dari pada orang tua tirinya.
Dengan deadaan seperti itu biasanya anak dapat kita lihat dari dua kemunkinan yaitu: Pertama, anak itu melwan dengan perlawanan anak yang membela ibu/ bapaknya yang lama dan kedua, menarik diri dari tali percintaan orang tuanya itu, yang seakan-akan berlindung pada bapak/ ibunya yang sebenarnya . Kedua keadaan itu dilakukan dalam angan-angannya mauapun dalam perbuatannya. Inilah gangguan yang dialami anak tiri yang tampak pada kualitas kerjanya ataupun di sekolahnya.

D. Cara Mengatasi Anak Yang Lambat Menerima Orangtua Baru
Bentuk protes anak tiri ketika berkumpul dengan orang tua barunya sangat bermacam-macam sekali, sering ada yan ngompol lagi padahal sebelumnya ia sudah tidak terbiasa ngompol. Ada juga yang mogok makan dengan berbagai alasan dan sebagainya. Pada waktu itulah kondisi psikologis anak terganggu.
Kondisi psikologis ini tak hanya membuat anak sulit menerima kehadiran ayah/ibu barunya, tapi juga si orang tua baru sulit masuk dalam kehidupan si anak. Tugas orang tua barulah untuk melakukan pendekatan dengan si anak. Namun dalam bersikap, baik selagi melakukan pendekatan maupun setelah jadi ayah/ibu tiri, "hendaknya ayah atau ibu tirinya tak over acting ataupun dibuat-buat tapi tulus. Kalau tidak, kesannya jadi tak wajar dan anak pun takkan suka. Selain itu, ibu/bapak tiri pun harus memperhatikan sifat dan karakter anak, karena tiap anak berbeda. Lalu bagaimana seharunya sikap orang tua tiri dalam menghadapi anak tirinya yang belum bias menerimanya. Lakukan hal-hal berikut dengan penuh kesabaran.
c.1. Beri Penjelasan
Jika ayah/ibunya dulu begitu memanjakan anak, maka begitu mendapatkan ibu/ayah tiri yang disiplin, akan terjadi benturan. Misal, dulu anak tak pernah tidur siang, tapi kini harus tidur siang. Perubahan ini membuatnya tak nyaman. Apalagi bila si orang tua tiri juga menerapkan sistem hukuman bila anak melanggar aturan. Dari sinilah anak lantas beranggapan bahwa orang tua tiri itu galak/jahat.
Tentu saja, orang tua tiri tak salah bersikap tegas maupun menerapkan aturan-aturan baru yang berbeda. Yang penting, itu semua disampaikan kepada anak secara lembut dan disertai penjelasan yang dapat diterima si anak. Misal, "Kamu, kan, dari tadi sudah banyak main. Nah, sekarang giliran istirahat. Kalau kamu terus-menerus bermain, nanti kamu capek dan bisa sakit. Kalau sakit, kan, jadi enggak bisa main lagi. Yuk, Tante temani tidur siang sambil Tante bacakan buku cerita."
Atau, anak menolak tidur siang lantaran ingin nonton film kesayangannya di TV. Sebaiknya orang tua tiri tak memaksa, melainkan bujuk ia dengan membuat sebuah komitmen bersama. "Misal, ia boleh menonton film tapi setelah itu harus tidur”. Dengan demikian, selain ia bisa tetap nonton, aturan yang kita buat pun terlaksana. Hingga, konflik antara anak dengan orang tua tiri bisa diminimalisir.
Begitu pun bila orang tua tiri menolak suatu permintaan anak, harus disertai penjelasan yang bisa diterima pikiran anak. Dengan demikian, anak akan mengerti mengapa ia dilarang atau ditolak permintaannya, bukan lantaran orang tua tiri itu galak/jahat.
c.2. Tak Usah Marah
Tak jarang, anak akan membanding-bandingkan orang tua tiri dengan orang tua kandungnya. Meski kesal, tak perlu marah. Jelaskan saja bahwa tiap orang berbeda, termasuk dirinya juga tak sama dengan teman-teman sebayanya. Kemudian, bila memang ada hal-hal baik dari orang tua si anak, tak ada salahnya orang tua tiri mencontoh dan menerapkannya pada anak. Intinya, orang tua tiri harus bersikap terbuka untuk memberikan yang terbaik bagi anak.
kalau anak tetap keras dan sulit menerima kehadiran orang tua tiri, tak usah "panas". Lebih baik, cari penyebabnya mengapa si kecil tetap menolak. Caranya, lakukan observasi dan cari informasi pada pasangan tentang hal-hal yang disukai dan tak disukai anak, serta apa yang harus dilakukan agar si anak tetap tak merasa kehilangan momen indah bersama orang tuanya dulu. Mungkin anak menginginkan ayah atau ibu tirinya seperti orang tuanya dulu.
c.3. Perlakukan Sama
Satu hal diingatkan Romi, jangan sekali-sekali orang tua tiri meminta anak memanggil dirinya dengan sebutan Mama/Papa atau Ayah/Bunda. Biarkan anak yang menentukan, apakah sudah layak panggilan tersebut diberikan pada orang tua tirinya. Selain itu, untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang anak, jangan pernah membanjirinya dengan hadiah. Kasih sayang anak tak dapat dibeli, melainkan harus timbul dengan sendirinya. Lebih baik lihat apa yang dibutuhkan anak, semisal kebutuhan kasih sayang, dibelai, atau berteman. Nah, dari situlah orang tua tiri masuk.
Bila orang tua tiri juga membawa anak, tentu si anak tiri bukan hanya harus beradaptasi dengan orang tua barunya tapi juga saudara barunya. Ini jelas tak mudah buat anak. Hingga, orang tua baru harus memperhitungkan betul segala sikap dan tingkah lakunya terhadap kedua anak ini. Jangan sampai orang tua tiri lebih mementingkan anak kandungnya. Semua anak harus mendapatkan perlakuan yang sama.
Memang, sangat manusiawi jika orang secara naluriah terbawa untuk lebih memperhatikan anak kandungnya. Untuk itu, diperlukan komitmen yang kuat sejak awal oleh suami-istri baru yang masing-masing punya anak ini bahwa masing-masing harus memperlakukan sama kepada semua anak. Jadi, harus ada kesepakatan dan tak boleh dilanggar.
c.4. Berkomunikasi yang Baik
Antara ibu/ bapak tiri dan anak tiri harus ada komunikasi yang baik. Tanpa komunikasi yang baik, hubungan tidak akan terjadi, sehingga tidak adanya pendekatan dan penerimaan dari anak tiri tersebut. Komunikasi bias dilakukan dengan dua macam yaitu, komunikasi verbal dan nonverbal . Komunikasi verbalAdalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan dengan menggunakan kata-kata atau lisan.
Sedangkan komunikasi non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi non verbal adalah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
Ibu tiri harus bisa berkomunikasi dengan anak tirinya dengan cara verbal dan non verbal. Berlaku sopan, menghargai anak tiri, menyayangi seperti anak kandung sendiri dan tidak pilih kasih atau berlaku adil terhadap anak-anaknya yang lain. Tidak seperti ibu tiri yang ada di film-film, tetapi benar-benar mengasihi anak tiri sama terhadap ayah anak tersebut, tidak berpura-pura mengasihi anak tiri hanya di depan ayah anak tersebut. Sehingga anak tiri dapat menerima ibu tiri mereka sebagai ibu kandung mereka.
Read more